Rabu, 22 Desember 2010

Ringkasan "Narnia and the Silver Chair" (Narnia 4)

Eustace sedang membicarakan Narnia dengan temannya, Jill Pole di belakang gymnasium sekolah. Tiba-tiba mereka dikejar oleh anak-anak dan guru (karena sebelumnya Jill menangis dan itu membuat bingung mereka). Eustace dan Jill kabur menuruni tebing tanah dan mencari pintu jalan keluar sekolah. Setelah memasuki pintu itu, mereka malah mendapati berada di Narnia. Karena kecerobohan Jill, Eustace jatuh ke jurang. Jill sangat bingung hingga akhirnya dia bertemu dengan Aslan. Jill diberi tugas oleh Aslan untuk menyelamatkan Pangeran Rilian, putra Raja Caspian yang sedang tertawan. Aslan memberikan empat petunjuk untuk mengelamatkan Rilian. Setelah Jill mengerti, Jill dipertemukan dengan Eustace kembali. Di sana, mereka melihat seorang raja yang sudah tua sekali, sudah pasti itu Raja Caspian. Eustace jadi merinding, dulu waktu dia ke Narnia, Caspian belum setua itu. Kemudian mereka bertemu dengan burung hantu, Glimfeather. Malamnya, mereka diajak rapat burung hantu. Para burung hantu menceritakan kisah Pangeran Rilian: saat itu Rilian masih muda, dia sedang berjalan-jalan bersama ibunya, Ratu Ramandu. Saat istirahat, tiba-tiba datang ular berwarna hijau membunuh Ratu Ramandu. Rilian sangat sedih, sejak saat itu, dia sering pergi mencari ular hijau itu, hingga Rilian tidak pernah kembali lagi. Itu kisahnya, kemudian Glimfeather membawa Eustace dan Jill kepada makhluk sejenis marsh-wiggle yang bernama Puddlegum. Esoknya, mereka bertiga mulai mencari Rilian berbekal keempat petunjuk Aslan. Banyak petualangan yang mereka hadapi, mulai dari melewati raksasa, dijadikan pie manusia, dan menghadapai manusia dunia bawah. Setelah melewati petualangan panjang itu, akhirnya mereka sampai di kerajaan Dunia Bawah. Mereka bertemu dengan kesatria di dalam kerajaan itu. Mereka menceriatakan misi mereka, tetapi si kesatria menanggapinya dengan tawaan. Mereka hanya mengobrol sedikit karena kesatria itu bilang saat malam tiba, dia harus diikat di kursi perak karena terkena kutukan dan bisa sangat berbahaya. Saat waktunya tiba, mereka memutuskan untuk melihat perubahan sikap kesatria itu. Tapi saat perubahan itu berlangsung, si kesatria langsung berontak minta dibebaskan dan bersumpah atas nama Aslan, dan mengaku bahwa namanya adalah Rilian. Mereka terkejut dan langsung membebaskan Pangeran Rilian. Setelah bebas, Rilian menghancurkan kursi perak itu. Tepat sekali saat Ratu Dunia Bawah, yaitu Green Kirtle datang. Dia menunjukkan ekspresi marahnya dan berubah menjadi ular hijau yang dulu membunuh Ratu Ramandu. Akhirnya setelah bertarung sangat lama, mereka berhasil membunuh ular itu. Dendam Rilian sudah terbalas. Setelah itu, mereka mencari jalan keluar ke Dunia Atas. Mereka akhirnya sampai dengan cara mengejutkan. Ketika Rilian hendak bertemu Caspian, ternyata tepat sekali saat Caspian meninggal. Rilian sangat sedih. Sementara Eustace dan Jill keburu dipanggil Aslan kembali ke dunia mereka.

Ringkasan "Narnia and the Voyage of the Dawn Treader"

RINGKASAN CERITA NARNIA AND THE VOYAGE OF DAWN TREADER

               Edmund dan Lucy Pevensie, dikirim ke rumah saudara sepupu mereka yang nakal, Eustace Clarence Scrubb, untuk berlibur. Namun, tanpa disangka-sangka, mereka ditarik ke dalam dunia Narnia, melalui gambar sebuah kapal di tembok kamar menjadi hidup. Mereka bertiga jatuh ke lautan dan ditolong oleh awak-awak dari sebuah kapal yang bernama Dawn Treader.

               Ketika mereka sudah ditolong, mereka disambut oleh Raja Caspian X, sahabat Edmund dan Lucy dalam petualangan mereka sebelumnya (diceritakan dibuku “Pangeran Caspian”) rupanya dalam tahun ketiga pemerintahannya, raja Caspian melakukan perjalanandengan menggunakan kapal Dawn Treader untuk mencari tujuh orang lord yang hilang. Para Lord itu adalah sahabat-sahabat ayah Caspian yang disingkirkan oleh Raja Miraz, raja sebelum Caspian, namun tidak demikian dengan Eustace yang tidak bersemangat dan bersikap menyebalkan. Raja Caspian didampingi oleh kaptennya, Lord Drinian, perwira kedua Rhince, awak-awak kapal dmana salah satunya bernama Rynelf dan sang tikus gagah berani, Reepiheep, dalam perjalanan untuk mencapai lautan timur. Sebelum menyelamatkan Lucy, Edmund dan Eustace, perjalanan Dawn Treader sudah melewati Galma, Terbintai dan Seven Isles.
               Pertama-tama mereka sampai di Lone Island, yang masih termasuk wilayah kerjaan Narnia. Sangat disayangkan penduduk pulau tersebut sudah berubah jahat, karena mereka terlibat dalam penjual-belian budak. Caspian, Edmund, Lucy, Eustace dan Reepicheep diculik dan untuk dijual di pasar budak. Seorang pria membeli Caspian sebelum mereka sampai di pasar itu. Ternyata pria itu adalah Lord Bern, salah seorang Lord yang hilang itu. Lord Bern mengakui Caspian sebagai rajanya ketika Caspian memberitahukan identitasnya yang sebenarnya Raja Caspian dibanti Lord Bern berhasil mengambil alih kembali kekuasaan di pulau itu dari Gubernur Gumpas yang tamak. Ia mengangkat Lord Bern sebagai pengauasa baru disana dan memberinya gelar Duke Lond Islands.
               Setelah menguasai keadaan di istana gubernur, maka raja Caspian pergi ke pasar budak dan berhasil melepaskan teman-temannya. Di pulau kedua yang mereka kunjungi, Eustace meninggalkan kelompoknya untuk menghindari tugas. Dalam pelariannya dari sebuah gua. Dari dalam gua itu, seekor naga muncul dan mati tidak lama kemudian. Tiba-tiba trun hujan dan Eustace harus berlindung di dalam gua itu yang ternyata berisi harta karun. Dia menjadi tamak dan memenuhi kantungnya dengan emas dan perhiasan. Ia juga mengambil sebuah gelang dan memakaikannya diatas siku. Eustace lalu tertidur di gua itu. Ketika ia bangun, ia telah berubah menjadi seekor naga, dan gelang yang dipakainya sangat menyakiti lengannya yang telah menjadi besar.
               Ketika teman seperjalanannya melihat Eustace, pertama-tama mereka tidak mengenalinya. Namun dengan bahasa isyarat akhirnya mereka mengetahui bahwa Eustace-lah naga itu. Raja Caspian mengenali gelang yang dipakai Eustace sebagai milik Lord Octesian. Mereka beranggapan Lord Octesian tidak pernah pergi hidup-hidup dari pulau itu. Dalam bentuk seekor naga, Eustace menjadi sadar atas kelakuan nakalnya yang sebelumnya. Ia berubah menjadi lebih baik dengan membantu kelompoknya dengan kemampuannya sebagai seekor naga. Suatu malam tiba-tiba Aslan muncul untuk mengunjungi Eustace. Aslam merubahnya kembali menjadi seorang anak laki-laki. Sebagai hasil pertemuannya dengan Aslan, Eustace kini menjadi anak yang jauh lebih baik. Setelah Dawn Treader diperbaiki, mereka meninggalkan Dragon Island, demikian mereka menamakan pulau itu, dan melanjutkan perjalanan mereka.
               Setelah itu mereka sampai di Burnt Island dan terus sampai di Death Water Island (dinamakan demikian atas usul dari Reepicheep karena disana ada sebuah kolam yang membuat sesuatu yang masuk kedalamnya menjadi emas, demikian juga dengan Lord Restimar, salah seorang Lord yang dicari, masuk ke dalamnya karena ingin mandi). Setelah dari pulau itu, mereka singgah di The Duffer’s Island. Pulau itu dihuni oleh kaum Dufflepud yang dipimpin oleh Coriakin, seorang penyihir yang baik dan bintang yang sedang menjalankan hukuman.
               Dalam perjalanan mereka juga melewati Pulau Kegelapan, di pulau terakhir ini, mereka menemukan masalah besar, karena di pulau itu semua mimpi terburuk menjadi kenyataan. Disana mereka menemukan Lord Rhoop yang hidup dalam ketakutan karena telah tinggal di pulau itu cukup lama. Namun akhirnya mereka berhasil lolos dari pulau itu dengan panduan Aslan dalam bentuk seekor burung (albatross).
             

               Akhirnya mereka sampai di Pulau Ramandu, dimana mereka menemukan Lord Revilian, Lord Argoz dan Lord Mavramorn yang sedang tertidur karena sihir. Di pulau itu mereka bertemu dengan Ramandu seorang bintang tua yang sedang beristirahat dengan putrinya. Ramandu menjelaskan cara untuk membangunkan ketiga Lord tersebut adalah dengan berlayar ke Ujung Akhir Dunia dan meninggalkan salah satu awak kapal disana.
               Kapal Dawn Treader meneruskan perjalanan ke daerah dimana Kaum Manusia Laut tinggal. Disana air laut terasa manis, bukan asin seperti biasanya. Akhirnya kapal tidak bisa meneruskan perjalanan lebih jauh karena air menjadi terlalu dangkal. Raja Caspian memrintahkan untuk menurunkan perahu dengan mengumumkan bahwa ia akan menuju Ujung Akhir Dunia bersama dengan Reephiceep. Para awak dan sahabat-sahabatnya tidak setuju dengan rencana itu, dengan alasan seorang raja tidak boleh meninggalkan rakyatnya. Raja Caspian memasuki kabinnya sambil marah-marah. Namun tidak lama kemudian, mereka menemukan sang Raja dengan muka yang pucat dan mata yang berkaca-kaca. Ternyata, Aslan sudah menegurnya dan mengatakan hanya Reepicheep, Edmund, Lucy dan Eustace yang boleh melanjutkan perjalanan Yang lain harus kembali ke Narnia.
               Lucy, Edmund, Eustace dan Reepicheep melanjutkan perjalanan dengan perahu melalui lautan bunga yang seperti karpet sampai ke daerah yang sudah terlalu dangkal bagi sebuah perahu. Reepicheep melanjutkan perjalanan dengan sebuah perahu kulit kecil yang hanya bisa dipakai Reephiceep dan Reephicheep sudah tidak akan pernah ditemui lagi di Narnia. Lucy, Edmund dan Eustace lalu berjalan di tempat dangkal dan menemukan seekor Domba yang menawarkan sarapan ikan bakar. Domba itu kemudian berubah menjadi Aslan yang memberitahu bahwa Lucy dan Edmund tidak akan kembali lagi ke Narnia. Mereka diminta untuk belajar tentang Aslan yang mempunyai nama lain di dunia mereka. Di bagian akhir diceritakan tentang Eustace yang sudah berubah menjadi anak baik, dan raja Caspian yang akhirnya menikahi Putri Ramandu.

Senin, 20 Desember 2010

Jonas Brothers "Hey You" lyric

Mic check, can you hear me Gotta know if I'm coming in clearly Static through the speakers In a second, your heart will be fearless Taken for granted Right now, you can't stand it Break down, it's a showdown Got to scream it out loud 'Cause I'm not fakin' Girl, I'm just sayin'

Hey you, Hey you Now we're into something new Hey you, Hey you Now you're feeling like I do Come on, shout it Let's leave the past behind us Come on, shout it out Hey you

Not open to suggestions I'm dreaming of you and me dancing No one's interferin' Gotta do it ourselves We don't need 'em Long as we're together We won't want nobody else, baby Tell me if you're ready 'Cause tonight you will see

That I'm not fakin' Girl I'm just sayin'

Hey you, Hey you Now we're into something new Hey you, Hey you Now you're feeling like I do Come on, shout it Let's leave the past behind us Come on, shout it out Hey you

You doubted me And you trusted me And I made you see How to find your relief I don't know what to say Get on your way I gotta hear you scream

Hey you, Hey you Now we're into something new Hey you, Hey you Now you're feeling like I do Come on, shout it Let's leave the past behind us Come on, shout it out Hey you

Hey you, Hey you Now we're into something new Hey you, Hey you Now you're feeling like I do Come on, shout it Let's leave the past behind us Come on, shout it out Hey you lyrics corrected by evan moore

Jonas Brothers "Invisible" lyric

 I can feel you all around
In the silence I hear the sound
Of your footsteps on the ground
And my heart slows down
So now I'm

I'm waiting for the moonlight
So I can find you
In this perfect dream
Don't think that you can
Hide there in the shadows
Girl your not invisible
Your all that I can see

Ohhh Oh yeah

Somethings changing deep inside
All my hopes are comin' alive
As we're fading into the night
I can see your eyes
So I keep on

I'm waiting for the moonlight
So I can find you
In this perfect dream
Don't think that you can
Hide there in the shadows
Girl your not invisible
I'm waiting for the moonlight
So I can find you
In this perfect dream
http://www.elyricsworld.com/invisible_lyrics_jonas_brothers.html
Don't think that you can
Hide there in the shadows
Girl your not invisible
Girl your not invisible
Your all that I can see
And my heart slows down


Jonas Brothers "L.A Baby" Lyric


Minggu, 19 Desember 2010

The Angel of the Sunsets (cerpen)

Namaku Kudo Shinichi. Orang biasa memanggilku dengan nama Shinichi. Pantai. Suatu tempat dimana amat sangat ingin aku tuju sekarang. Mama dan Papa seperti biasa, mereka bertengkar masalah bisnis. Bisnis, bisnis, dan bisnis!, hingga mereka tidak mempedulikan anak semata wayangnya ini.

Fotografer, adalah cita-citaku sekaligus pekerjaanku sekarang. Lagi-lagi pantai adalah objek yang paling tepat untuk mengambil gambar terbaik.

‘JPRET’

Aku mengambil jepretan pertamaku disana. Tapi hasilnya tidak memuaskan. Jelek! Buram! “Aaaargh” Teriakku geram. Aku sering sekali tidak bisa mengontrol emosiku setelah Mama dan Papa bertengkar. Rasanya aku ingin memukuli diriku sendiri dengan sekuat tenaga. Kacau. Itu perasaanku.

“Lebih tenang sedikit!” Kata seorang cewek yang tiba-tiba berada disampingku.
“Gak perlu ikut campur!!”
“Aku gak ikut campur kok!”
“.............” Aku terdiam. Tak memperhatikan kata-katanya yang terakhir.
“Fotografer ya?” Cewek itu masih bertanya saja padaku dengan wajah innocent.
“Bukan!”
“Lha? Terus apa?”
“Hansip”
“Hahaha.. kelihatan bohongnya!” Kulirik cewek yang berada disampingku tadi. Cantik. Lumayan lah.. tapi nyebelin banget! Masa’ daritadi aku diikutin mulu, risih aku.

Aku kembali memotret dan mencari objek yang lebih bagus lagi. Tanpa pamit aku meninggalkan cewek itu tadi yang masih memandangi langit sore di pantai.

***
Esok harinya.
Pantai. Ya, memang hanya pantai yang cocok dengan perasaanku sekarang. Seperti biasa, Mama dan Papa bertengkar masalah bisnis lagi. Jadi, aku lari kesini, karena Cuma pantai yang bisa buat aku tenang.

“Kita ketemu lagi!” Seseorang menepuk pundakku. Reflek aku menoleh ke arahnya.
“Kamu ngikutin aku mulu,sih” Kataku.
“Enak aja! Bukan kok.. rumahku deket sini soalnya..”

Aku kembali fokus memotret. Gak tahu kenapa perasaanku agak lebih tenang setelah ada cewek ini disampingku.
“Oh iya, kemaren kamu kok ninggalin aku sendirian disini? Gak pamit lagi” Cewek itu membuka topik baru.
“Penting ya?”
“Ya, penting lah..”
“Kamu kan bukan siapa-siapa aku! Dan aku juga gak kenal sama kamu! Gak apa dong aku ninggalin kamu tanpa pamit”
“Iya sih.. tapi—“
“Diem! Ganggu konsentrasi aja!” Mendengar kata-kataku tadi, cewek itu menurut. Ia diam.

Lukisan alam seakan membawaku berjalan menyusuri indahnya pantai ini. Aku memotret seluruh objek yang menurutku, yaa.. menarik lah. Tapi, aku merasakan ada seseorang yang mengikuti langkahku.
Cewek itu lagi! Dia ngapain coba, ngikutin aku? Emang dia nggak punya kesibukan sendiri, apa?

“Ngapain sih.. masih ngikutin?” Tanyaku galak.
“Emm, gini nih..” Cewek itu menarik nafas lebih dalam sebelum melanjutkan berbicara “Kita belum kenalan. Kenalin, namaku Mouri Ran! Panggil aja,Ran.. kalau kamu?” Lanjutnya bertanya.
“Perlukah alasan?”
“Of course..”
“Kudo Shinichi, panggil aja Shinichi..”

***
Hari ini bukan karena Papa-Mama aku ingin ke pantai. Tapi, karena hati aku lagi pengen banget kesini. Gara-gara cewek itu. Oke,dia punya nama. Ran. Gara-gara Ran, aku lebih cinta pantai. Nggak tahu kenapa, padahal aku baru saja berkenalan dengannya.

Setelah sampai, aku melihat sosok Ran sedang menuliskan sesuatu diatas pasir pantai menggunakan batang pohon. Kali ini aku yang menghampirinya. Aku berlari kecil ke arahnya.

Sebelum kusapa Si-Ran, aku membaca apa yang ia tuliskan ‘Ran © too-chan and kaa-chan’. Kenapa dia menuliskan itu?
“Hai, Ran!” Sapaku. Ia terlihat kaget melihatku. Tapi, ia kembali menghiasi tulisannya setelah ia menyapaku balik “Hai, Shinichi”
“Kamu sayang ya, sama too-chan dan kaa-chan mu?” Tanyaku, lalu duduk berada tepat disampingnya.
“Nggak sayang lagi, banget malahan, Shin..” Jawabnya. Tapi pandangannya masih fokus pada tulisan itu “Pasti kamu juga ngerasain hal yang sama,kan?” Lanjutnya bertanya padaku.
“Nggak”
“Lha? Kok?”
“Sama sekali, malahan..”
“Hei, jangan bilang kaya’ gitu!”
“Gimana aku bisa gak sayang sama mereka? Mereka aja nggak sayang sama aku! Mereka lebih sayang sama bisnis mereka sendiri! Bukan aku!”

Ran terdiam. Mengelus pundakku “Coba bicara baik-baik sama mereka, buat mereka sadar, Shin!”
“Sudah kucoba! Tetap nggak bisa!”
“Coba terus..”
“Pasti hasilnya sama!”
“Darimana kamu tahu? Denger ya, Shin.. you never know, if you never to try! Coba ngomong baik-baik sama mereka, Shin.. believe me.. you can!” Kata-kata Ran tadi menyentuh hatiku. Aku diam. Begitu juga dengannya.

“Kamu masih punya mereka.. sedangkan, aku?”
“Maksud kamu?”

“Papa –Mamaku udah meninggal! Mereka meninggal gara-gara aku.. coba aja aku nggak sakit! Mereka bakal tetep hidup, Shin!” Kata Ran, ia menunduk. Menggigit bibir. Berusaha menahan cairan bening dari matanya agar tidak jatuh. “Waktu itu Mama-Papa mau nganterin aku berobat ke Jerman, sebelum sampai.. pesawat yang kita tumpangi mengalami kecelakaan! Diantara kami bertiga Cuma aku yang masih hidup! Hiks..”

Kali ini air mata Ran banyak bercucuran. Memang benar katanya, aku lebih beruntung punya orang tua, daripada dia yang tidak punya. Aku memeluknya, berusaha membuat agar ia berhenti menangis lagi.

*
Setelah pulang, aku melihat pemandangan yang tak menyenangkan, melihat Papa-Mama bertengkar.
“You never know, if you never to try.. believe me, you can!”

Kata-kata itu terlintas di kepalaku. Segera kutemui Papa dan Mama.
“Pa, Ma.. Shinichi boleh ngomong bentar?”
“Huh..” Keluh mereka.
“Ngomong apa, Shin?” Tanya Mama dan menghampiriku “Duduk..”

“Gini Ma, Pa.. kalian nggak malu sama aku kalau harus bertengkar. Aku ingin keluargaku itu damai. Tentram. Tapi, itu mustahil bagiku” aku berhenti sejenak, mencoba mencari kata-kata yang tepat. Papa dan Mama diam. “Maafin aku, Ma.. Pa.. yang aku inginkan Cuma satu! Melihat kalian akur”

***
“Pagi Shinichi!” Sapaan hangat menyapaku yang barusan turun dari tangga kamarku. Mama dan Papa. Mereka yang menyapaku. Aku hampir kaget nggak percaya. Aku tak membalas sapaan mereka, hanya tersenyum simpul.

“Pagi sayang..” Mama mencium keningku, mengacak-acak rambutku “Kita makan pagi sebentar bisa kan? Dan kamu juga lagi nggak sibuk kan?” Lanjut beliau bertanya.

“Nggak apa kok, Ma. Aku juga gak lagi sibuk” Jawabku.
“Oh, iya.. Shinichi!” Kata Papa “Bagaimana dengan pekerjaanmu, ada hasilnya?”
“Pasti dong, Pa.. aku sekarang juga lagi mengadakan sebuah proyek yang membutuhkan pantai sebagai objeknya”
“Bagus”

Aku, Mama dan Papa melanjutkan sarapan kita. Sesekali kita bercanda. Tuhan! Katakan ini bukan mimpi.. kalau bukan, perlambat waktu ini.. karena aku rindu akan saat-saat ini.

*
Di Pantai

“RAN!!!” Sontakku teriak melihat bahwa Ran ada tak jauh denganku. Aku berlari membawa perasaan yang amat sangat gembira karena kejadian tadi pagi. Aku sadar bahwa berkat nasehatnya, Mama dan Papaku bisa seperti tadi pagi.
Semakin dekat jarakku ke Ran, semakin bersemangat. Reflek aku memeluknya bahagia, rasanya aku nggak mau kehilangan sosok Ran. Aku ingin tetap selalu bersamanya.

“Hei, ada apa, Shinichi?” Tanyanya bingung, ia masih berada dipelukanku.

Dengan berat hati, aku melepas pelukanku. Rasanya aku masih tetap ingin memeluknya.

“Makasih ya, Ran..”
“Buat?” Ran semakin bingung.
“Berkat nasehat kamu kemaren.. Mama Papa aku bisa rukun lagi. Sekali lagi makasih ya!!”
“Hahaha..” Ia ketawa datar “Sama-sama.. aku seneng lihat kamu seneng”

Face to face, eye to eye. Kesempatan aku menatap muka Ran. Cantik. Tapi, ada sedikit yang berbeda. Pucat. Ya, pucat! Memang muka Ran putih dan bersih, akan tetapi kali ini benar-benar pucat.

“Kamu nggak apa-apa?” Tanyaku.
“Hah.. nggak.. gak apa-apa..” Dia menggeleng.
“Tapi, Ran! Muka ka—“ Kataku kepotong.
“Udah! Aku nggak apa-apa kok! Aku nggak sakit.. aku sehat..” Wait, ‘aku nggak sakit’? ‘aku sehat’? pertanyaanku barusan bukan itu, kan? Kamu bohong, Ran.

“Shinichi!” Katanya membuyarkan pikiranku “Main aja, yok!” ajaknya.
“Gak mau, ah”
“Yah.. bilang aja kamu takut! :p”
“Yeee.. takut? Itu mah bukan sifat aku”
“Buktinya takut ama air”
“Bukannya git—“
“Hadeeh! Kalau kamu berani, ikut aku! Kalau enggak, kamu payah! :p”

Hei, hei.. apa maksudnya, ini? Ngejek ceritanya? Enak aja, aku dibilang payah! Okee, aku akan ngikutin Ran.
Aku berlari mengejar Ran yang hampir ke tengah pantai, tapi segera kugapai dirinya. Dia lepas dari diriku, kemudian ia berlari lagi. Senyuman lebar muncul di wajahnya.

Setelah selesai bermain air, kami duduk menghadap laut. Langit sore yang indah menambah indahnya pantai ini. Sunsets! Sudah lama aku tidak melihat ini.

“Bagus ya, Shin? Aku nggak punya pikiran kalo’ liat sunsets bareng kamu, lho! Apalagi, rasanya miriip banget sama lihat sunsets bareng Kaa-chan dan Too-chan” Kata Ran “Tahu nggak, gimana rasanya?” aku hanya menggeleng kepala “Penuh dengan cinta! Kalo’ lihat sunsets, tapi disisinya ada seseorang yang kita cinta, rasanya itu lebih sempurna dan beda”

Maksud Ran? Orang yang dia cinta? Aku? Aduuh, apa harus aku nyatakan perasaanku sekarang padanya? Tapi.. kapan lagi coba? Ini saat yang tepat! Di bawah sunsets, bersama orang yang kita cinta.

“Ran” Aku memulainya.
“Iya?”
“Aku mau ngomong sesuatu”
“Yaelah, Shin! Kaya’ mau ngomong sama siapa, aja.. silahkan deh, pake’ izin segala, haha”
“Aku.. aku suka sama kamu, Ran. Aku sayang sama kamu. Perasaanmu ke aku gimana?” Tanyaku hati-hati.
“Hah.. emmm..” Dia tampak bingung, akan tetapi ia segera menjawabnya “Sama, Shin.. aku juga merasakan hal yang sama denganmu. Ternyata, dibalik wajah kamu yang misterius, dingin dan ng’sok itu, kamu orangnya baik banget ternyata”

“Gimana, Ran? Kamu mau nggak, jadi pa.. pacar aku?”
“Sepertinya mustahil Shin..”
“Lho, kenapa?”
“Kalo’ kamu cinta dan sayang sama aku, kamu mau nungguin jawabannya besok, kan? Besok akan aku jawab..”
“Iyadeh..”

Hening sesaat.

“Eh, lihat Shin! Keren banget.. fotoin, deh!!” Segera aku ambil foto menggunakan kameraku.
“Kamu sama aku juga ikutan foto bareng sunset itu yah, Ran?” Tawarku pada Ran. Ia hanya mengangguk.

***
Tibalah hari ini. Ran akan menjawab pernyataanku kemarin. Tapi, kalau dia jawab ‘nggak’? gimana, dong? Aaah, bodo’ amat! Yang penting aku udah nyatain perasaanku!.

Satu jam berlalu.. Ran mana, ya? Tumben banget dia belum muncul disini? Sabar, Shin! Kamu terlalu bersemangat.
Dua jam. Tiga jam. Empat jam. Ia belum juga datang. Ran! Dimana kamu? Kamu lupa sama janjimu yang mau menjawab pernyataanku kemarin? Atau.. aku mesti kerumahnya? Aku tanya aja orang sekitar.

Seorang pemuda paruh baya yang sepertinya kenal lama dengan pantai ini sedang membersihkan dedaunan didepan rumahnya. Aku menghampirinya.

“Permisi, Pak.. mau tanya” Sapaku.
“Tanya apa ya, nak?” Tanyanya.
“Bapak kenal dengan Ran?”
“Ran?”
“Iya, Ran Mouri..”
“Oh, neng Ran?”
“Iya! Bapak kenal?”
“Kenal! Kenal! Dia dulu tinggal disini..”
“Dulu?”
“Iya nak.. dia dulu bersama keluarganya tinggal disini, tapi mereka sudah meninggal dalam kecelakaan pesawat waktu ke Jerman”

“Mereka? Ran juga?”
“Iya.. aduh, nak! Sudah lama.. kurang lebih setahun yang lalu..”
“Bapak bohong! Kemarin itu barusan aja aku main air sama dia, di pantai ini”
“Lho? Hahaha.. masa’ sih? Saya nggak peraya! Hahaha.. mana bisa” Bapak ini masih belum percaya.

“Saya  ada bukti! Kemarin kita sempat lihat sunset, sama foto bareng lagi!” Kataku, sembari mencari foto kita berdua. Hasilnya nihil. Memang ada foto itu.. tapi hanya aku saja. Aku sendiri. Tanpa Ran.

“Mustahil” Kataku lirih. Aku berjalan gontai menuju ke arah pantai. Kutinggalkan bapak paruh baya itu. Aku nggak tahu apa perasaanku sekarang. Kacau.

Langit sore menyapaku. Aku menikmatinya sebelum meninggalkan pantai ini. Pemandangan kemarin tak jauh beda dengan sekarang. Tetap indah.

Ternyata ini jawaban kamu, Ran? Kenapa kamu itu hanya masa lalu? Aku terlanjur suka sama kamu! Terlanjur sayang. Makasih ya, kamu buat hari-hari aku penuh warna, kamu yang beri aku saran gimana bisa nyatuin keluarga aku. Sekali lagi, makasih.

Look! Sunsets! Terakhir kalinya kita bertemu pada saat seperti ini. Sedikit demi sedikit senyuman kecil terlukis diwajahku, membayangkan wajah terakhir seorang Ran yang berada disampingku kemarin. Aku menutup mataku erat, berusaha mengikuti hembusan angin pantai.

Kata Ran, kalau lihat sunsets tapi disisinya ada orang yang kita cinta, rasanya itu lebih sempurna dan beda. Tapi bagiku enggak, rasanya sama saja, yang penting orang yang kita cinta itu tetap tinggal disini, dihati kita masing-masing. Dan nama Ran akan terukir dihatiku selamanya, meski dia hanya The Angel of the sunsets.



-The End-